Dengan dikeluarkannya
program pemerintah tentang mobil murah atau “low cost green car” menuai berbagai respon dari beberapa kalangan. Sebagian
menyambut baik adanya program tersebut, namun sebagian lain menolak keras
dengan program mobil murah. Hadirnya mobil murah di Indonesia dianggap mampu
mengurangi beban masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah untuk
memiliki kendaraan roda empat. Program mobil murah ini juga diharapkan mampu
menopang berdirinya industri otomotif tanah air yang tertinggal dibandingkan negara
Thailand misalkan.
Low Cost Green Car |
Menurut Tulus, harga mobil murah yang dicanangkan pemerintah masih tergolong mahal. Harga Rp 70 juta yang ditawarkan kepada konsumen, menurut dia, masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga mobil murah di India yang sekitar Rp 50 juta.
Selain itu, lanjut
Tulus, mobil yang ditawarkan dengan kisaran harga Rp 70 juta itu pun masih
sangat sederhana sehingga memerlukan tambahan komponen yang juga menambah
biaya. "Belum ada AC (air conditioner) dan lain-lain. Kalau
ditambah, bisa-bisa harganya jadi Rp 100 juta lebih. Belum lagi kalau kredit, nambah
sekitar Rp 30 juta. Jadi harga bersihnya sekitar Rp 120 juta-an, jadi di mana low
cost-nya?" ujar Tulus. Kebohongan kedua, lanjut Tulus, mengenai
penyebutan green car atau mobil ramah lingkungan. Dia menilai, mobil
murah yang dicanangkan pemerintah tidak bisa dikatakan ramah lingkungan karena
tetap menggunakan bensin, menyumbang emisi, bahkan menggerus BBM bersubsidi. "Artinya,
kalau dipakai di tengah Jakarta yang macet paling banter butuh 1-10
liter, atau 12 liter," ucap Tulus. Bukan hanya itu, kata Tulus, mobil ini
juga belum bisa diistilahkan sebagai mobil nasional karena sebagian besar
komponennya masih impor.
Mengenai pernyataan
pemerintah yang berencana mengekspor mobil murah ini, Tulus mengatakan hal itu
sebagai salah satu kebohongan yang lain. "Ekspor? Kita enggak punya
reputasi ekspor. Lagi pula negara lain sudah lama memulai," tambahnya. Dia
juga menilai pemerintah telah berbohong dengan mengatakan nantinya mobil murah
akan didorong untuk menggunakan bahan bakar gas. Tulus mengatakan,
infrastruktur kita belum siap untuk mendorong penggunaan bahan bakar gas. "Mimpi
kesepuluh kalinya nih, infrastrukturnya mana? Nanti kalau pakai gas, tapi
nantinya orang Indonesia kan enggak ada batasnya," kata Tulus.
Selain itu, Tulus menilai pemerintah telah berbohong dengan mengklaim kebijakan LCGC ini nantinya dapat membuat pengendara sepeda motor berpaling. Menurut Tulus, klaim tersebut hanya bohong semata karena nyatanya pengguna sepeda motor saat ini tidak mampu membeli mobil murah.
Selain itu, Tulus menilai pemerintah telah berbohong dengan mengklaim kebijakan LCGC ini nantinya dapat membuat pengendara sepeda motor berpaling. Menurut Tulus, klaim tersebut hanya bohong semata karena nyatanya pengguna sepeda motor saat ini tidak mampu membeli mobil murah.
Kebijakan pemerintah
tentang mobil murah yang mendatangkan pro dan kontra menunjukkan sikap
masyarakat yang responsif dan kritis terhadap pemerintah. Melihat keadaan
sekarang memang dirasa belum tepat kebijakan tersebut, arah dan tujuan program
mobil murah tidaklah sesuai diterapkan di masyarakat Indonesia saat ini, karena
saat ini yang diharapkan masyarakat di kota-kota besar adalah transportasi
murah bukan mobil murah seperti yang disampaikan Gubernur DKI Jokowi beberapa
saat lalu. Jadi program mobil murah ini sebenarnya diperuntukkan bagi siapa? Masyarakat
Indonesia atau para CEO industri otomotif internasional?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar